Postingan

Pada Akhirnya

Gambar
Bila engkau baik hati, bisa saja orang lain menuduhmu punya pamrih; tapi bagaimanapun, berbaik hatilah. Bila engkau jujur dan terbuka, mungkin saja orang lain akan menipumu; tapi bagaimanapun, jujur dan terbukalah. Bila engkau mendapat ketenangan dan kebahagiaan, mungkin saja orang lain jadi iri; tapi bagaimanapun, berbahagialah. Bila engkau sukses, engkau akan mendapat beberapa teman palsu, dan beberapa sahabat sejati; tapi bagaimanapun, jadilah sukses. Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun mungkin saja dihancurkan orang lain hanya dalam semalam; tapi bagaimanapun, bangunlah. Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin saja besok sudah dilupakan orang; tapi bagaimanapun, berbuat baiklah. Bagaimanapun, berikan yang terbaik dari dirimu. Pada akhirnya, engkau akan tahu bahwa ini adalah urusan antara engkau dan Tuhanmu. Ini bukan urusan antara engkau dan mereka. (Mother Teresa)   ... baca selengkapnya di Pada Akhirnya Cerita

Sacrifice of Love

Gambar
Pagi ini hari pertama Senandung masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas. Seperti biasa sahabatnya Fira selalu menghampirinya untuk berangkat ke SMAN Bina Bangsa. Sekarang mereka sudah naik ke kelas 11. Saat Fira datang “Senandung.. kelas kita diacak!” kata Fira dengan nada khawatir kepada Senandung yang sedang memakai sepatu. “Hah..? diacak!!? Yang bener kamu!?” “Iya, beneran!?” “Trus kita sekelas nggak?!” “Sekarang kita sekelas” “Trus dia sekelas sama kita nggak?” “Iya.. sekelas” Senandung hanya tediam dengan muka yang agak gelisah. Fira dan Senandung adalah sepasang sahabat tapi beda kelas mereka adalah anak kelas imercy (kelas unggulan). Lalu batin Senandung hanya mengeluh “Oh.. dear kenapa harus satu kelas?” “Fira, sebenernya aku udah denger desas desusnya kalau waktu kelas 11 ini kelas kita bakal diacak..” “Trus kamu gimana?” “Gimana apanya?” “Ya itu..” “Oh.. itu, ya.. aku harus bisa membaur lah.. kan satu kelas,” Dengan muka tersenyum ... baca selengkapnya di Sacri

Mengalir Seperti Air

Gambar
Seorang pria mendatangi seorang Guru. Katanya, "Guru, saya sudah bosan hidup. Benar-benar jenuh. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu gagal. Saya ingin mati." Sang Guru tersenyum, "Oh, kamu sakit." "Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati." Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Guru meneruskan, "Kamu sakit. Dan penyakitmu itu bernama, 'Alergi Hidup'. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan." Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan keadaan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Us

Antara Perkawinan, Berwirausaha, dan Menulis

Gambar
Seorang sahabat lama curhat kepada saya tentang perkawinan. Gara-garanya dia enggak tahan saya tanya terus, “Kapan kamu menyusul kami-kami yang udah married?” Setelah komentar pujian, ucapan terima kasih, pengantar, dan pendahuluan di sana-sini, akhirnya sampai juga ke “isi buku” sebenarnya. Ternyata, sahabat saya ini bukannya tidak ada penggemar berat atau calon pendamping yang serius. Tetapi, hasil bacaan saya lho ya, persoalannya lebih disebabkan oleh beberapa hal yang sepintas tampak sangat sepele. Rupanya, sahabat ini ragu dengan “dunia rumah tangga” yang tidak dia kenal. Seperti biasa, informasi dari sana-sini begitu memengaruhi. “Ntar kalau sudah punya suami, wah… ribet mengurus anak dan suami,” begitu katanya, sembari membandingkan betapa kenyamanan berlebih yang dia dapat bersama keluarganya. Zona nyaman dan “daerah antah berantah” itu mungkin saja sangat memengaruhi sahabat saya ini, sekalipun saya menduga pastilah ada faktor-faktor lain yang ikut berperan. Tetapi okelah,

Menanam Bambu

Gambar
Oleh: Radinal Muchtar Anak-anak kelas XI tertawa melihat adik-adiknya disuruh menanam bambu di area taman sekolah. Ada dua hal yang membuat mereka tertawa. Pertama, mereka teringat ketika harus menanam bambu setahun yang lalu saat mereka masih duduk di kelas X. Kedua, mereka merasa bahwa adik-adiknya akan mengalami apa yang mereka alami sekarang yaitu kebingungan. Sudah setahun yang lalu mereka disuruh merawat bambu, namun bambu tak kunjung tumbuh. Ini sudah tahun kedua, dan mereka belum juga melihat pertanda bahwa bambu yang mereka tanam akan tumbuh menjulang tinggi. Mereka merasa dibodohi dan kelak, adik-adik mereka juga akan merasa demikian. Tahun berganti, dan lagi-lagi pihak sekolah menyuruh seluruh anak-anak kelas X untuk menanam bambu. Siswa akhir, yang telah menanam dua tahun yang lalu, kembali tertawa. Menjelang kelulusan mereka beberapa bulan lagi, mereka belum juga mendapatkan hasil tanaman mereka. Hanya bambu kecil yang tak tampak dari jauh. Hanya itu. Itukah yang mereka

Aku Tidak Punya Teman

Gambar
Jam menunjukan pukul 06.55. Seorang gadis muda tampak berlari-lari dari arah barat. Hampir saja ia terjatuh ketika tersandung sebuah batu kecil. Ia terus berlari walau ia tahu bahwa jalanan licin karena hujan semalam. Hingga tiba ia di sebuah tikungan sempit dalam gang dan ia terpeleset, alhasil kali ini ia jatuh dengan sukses. Namun tak menunggu waktu lama, ia segera bangkit, membersihkan rok panjangnya sebentar dan berlari kembali. Sampai juga ia di tempat yang dituju, sekolah. “Pak satpam tunggu sebentar! Jangan ditutup dulu gerbangnya.” katanya dengan wajah panik saat melihat satpam sekolahnya menutup gerbang depan. “Oh, kamu Nessa, sudah berapa kali kamu terlambat minggu ini, hah?! Sebenarnya aku enggan mengijinkan anak yang terlambat walau hanya satu menit untuk masuk. Tapi kali ini kau ku bolehkan masuk dan ingat, tak ada toleransi lagi lain kali.” pak satpam yang terkenal galak itu membuka gerbang kembali dan mengijinkan gadis itu masuk. “Terimakasih banyak pak!” teriak gadi

Pasir dan Batu

Gambar
Dua orang sahabat sedang berjalan di padang pasir. Selama dalam perjalanan mereka berdebat tentang sesuatu. Salah seorang dari kedua sahabat itu menampar temannya, dan yang ditampar itu merasa sakit tetapi dia tak berkata apa apa, hanya menulis diatas tanah : "HARI INI TEMAN BAIKKU MENAMPARKU" Mereka tetap berjalan sampai mereka menemukan sebuah oasis (sumber air), mereka sepakat untuk mandi, teman yang telah ditampar tergelincir dan hampir saja tenggelam di oasis tersebut, tetapi temannya datang dan menolongnya, dan setelah diselamatkan oleh temannya dari bahaya, dia menulis di Batu "HARI INI TEMAN BAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU" Teman yang telah menampar dan yang telah menyelamatkan nyawa teman baiknya itu bertanya kepadanya, "Setelah saya menyakitimu, kamu menulisnya di tanah dan sekarang, kamu menulisnya diatas batu, mengapa? Temannyapun menjawab : "Ketika seseorang menyakiti kita, kita harus menulisnya diatas tanah, agar angin dapat menerbangkanny